Limbah tapioka dari pengolahan singkong memang dapat diproses menjadi nata seperti air kelapa menjadi nata de coco. Hal itu terjadi karena limbah tapioka masih memiliki kadar gula sebesar 5-6%. Sejatinya, setiap bahan yang masih menyimpan gula berpotensi untuk diproses menjadi nata. Produk nata dari limbah tapioka dikenal sebagai nata de cassava.

Proses pembuatan limbah tapioka menjadi nata tidak jauh berbeda dengan proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco. Limbah tapioka direbus hingga mendidih selama 1,5-2 jam.

Perebusan itu bermanfaat untuk melenyapkan asam sianida di dalam limbah tapioka. Setelah itu, limbah didinginkan lantas disaring untuk memisahkan ampas. Air tersaring itu lantas dibubuhi pupuk ZA sebanyak 2,5 gram/liter air. Aduk rata hingga homogen.

Air itu lantas direbus lagi sampai mendidih. Setelah itu dinginkan sebelum dituangkan ke dalam wadah kotak serta ditutupi kertas koran untuk mencegah kontaminasi. Berikutnya, berikan bakteri fermentor berupa Acetobacter xylinum pada setiap wadah. Untuk wadah berukuran 30 cm x 60 cm perlu sekitar 100 ml cairan bakteri fermentor.

Sejumlah riset pada pembuatan nata de cassava memperlihatkan pemakaian limbah tapioka tidak memerlukan asupan gula seperti terjadi pada pembuatan nata de coco. Harap mafhum, kadar gula pada air kelapa rendah, sekitar 3%. Berbeda dengan limbah tapioka yang disebutkan di atas masih memiliki 5-6% kadar gula.

Selain itu, derajat keasaman alias pH pada produk limbah tapioka cenderung asam sehingga disukai oleh bakteri fermentor untuk tumbuh serta berbiak. Singkat kata, wadah lantas ditaruh di rak-rak di dalam ruangan yang bersuhu 25-26 derajat Celcius selama 8-10 hari sampai proses fermentasi sempurna sebelum nata de cassava berupa lembaran siap dijual atau diproses menjadi potongan dadu.