Model Sarang Lebah Trigona
Saya tertarik membudidayakan lebah trigona untuk dipanen madu dan propolisnya. Bagaimana model sarang trigona yang dapat dibuat? Mohon penjelasannya. Terimakasih.
Uut, Ciamis, Jawa Barat
Budidaya trigona memiliki beberapa kelebihan dibandingkan lebah apis karena lebah trigona cukup dipelihara di satu tempat tetap. Itu karena ukuran tubuh trigona lebih kecil hanya 3-8 mm. Dengan demikian semua jenis bunga hingga berukuran kecil, dapat menjadi sumber pakan. Ia akan masuk ke dalam kelopaknya dan mengambil polen dan madu.
Dulu, peternak lebah tradisional memilih membuat sarang menggunakan gelodok yang berasal dari batang pohon yang berkayu lunak seperti batang kelapa, batang randu, dan batang pucung. Gelodok dibuat dengan meniru rumah lebah yang terdapat di rongga-rongga batang pohon besar atau pun gua.
Gelodok yang digunakan sepanjang 80-100 cm yang dibelah dua. Sebagian ‘isi’ batang diambil sebagai area untuk lebah membentuk sarang. Ujung gelodok ditutup menggunakan tempurung kelapa yang sudah dilubangi bagian tengahnya. Gelodok itu digantung di dahan pohon yang menjadi lintasan kawanan lebah.
Pada 1851 pembuatan sarang lebah modern kemudian dirintis oleh Dr L Langstroth dari Amerika Serikat. Langstorth menciptakan sarang buatan dari kotak kayu dengan bingkai sarang di dalamnya sehingga sarang dapat diangkat dan dipindahkan. Tipe sarang itu disebut sarang tipe L. Penemuan Langstroth itu pula yang kemudian mendasari para peternak untuk berinovasi membuat model sarang.
Calon peternak trigona tidak harus menyiapkan sarang mahal atau mewah, tapi dapat memakai bahan sarang sederhana dan yang terpenting bahan sarang itu dapat tertutup rapat.
1. Bambu
Cara membuat: Batang bambu 1-3 ruas dibelah menjadi 2 bagian sama besar, bekas belahan dihaluskan dengan pisau tajam. Masukkan potongan sarang lalu tutup dengan belahan lainnya. Buatlah lubang keluar sesuai jenis lebah
Kelebihan
– Biaya pembuatan relatif murah, berupa bambu terdiri atas 1-3 ruas dan tali untuk menggantung dan mudah dbuat.
Kekurangan
– Peternak sulit membuka sarang saat panen karena propolis merekatkan kedua belah bambu.
– Ruang dalam sarang terbatas sehingga cepat penuh. Bila telat memanen, lebah akan kabur semua.
2. Kotak Kayu Horizontal
Cara membuat: Kayu yang digunakan bisa berasal dari kayu bekas yang murah. Misal kayu sengon. Beberapa lembar papan berukuran sama disusun membentuk kotak persegi panjang berukuran 30 cm x 15 cm x 15 cm, lengkap dengan penutup. Sebelum kotak ditutup permanen masukkan potongan sarang lebah trigona.
Kelebihan
– Pembuatan sarang kayu horizontal relatif mudah.
Kekurangan
– Ketika panen, peternak kesulitan membuka sarang yang tertutup papan karena dipaku di keempat sisi.
– Ketika penutup berhasil dibuka, madu, larva, dan propolis yang menempel di papan berhamburan.
3. Pot Plastik
Cara membuat: Dua buah pot tanaman dari plastik berbentuk gentong dipasang saling berhadapan. Sarang trigona kemudian dimasukkan dalam salah satu pot untuk memancing trigona betah. Kedua pot kemudian direkatkan dengan lem atau perekat lainnya. Lubangi pot bagian bawah untuk pintu masuk lebah.
Kelebihan
– Mudah diperoleh dan mudah dibuat.
– Panen mudah. Bila rekatan sulit dibuka, pot mudah dipecahkan.
Kekurangan
– Bila jatuh, sarang akan pecah.
4. Sarang Tempurung
Cara membuat: Tempurung yang telah dibersihkan dari daging buah diberi lubang berdiameter 1 cm sebagai jalan keluar-masuk lebah. Berikutnya tempurung ditangkupkan menutupi sebagian area sarang trigona di pohon. Dalam tempo 4 bulan tempurung itu sudah menjadi bagian dari sarang utama. Tempurung itu dapat dipindahkan ke rumah atau pekarangan peternak. Selanjutnya koloni trigona dalam tempurung itu dapat menjadi ‘stater’ untuk membentuk koloni baru pada tempurung lain. Berdasarkan pengalaman peternak, dari 2 buah tempurung yang telah berisi koloni lebah dalam waktu sekitar 4 bulan dapat berbiak menghasilkan 10 koloni baru.
Kelebihan
– Bahan mudah dijumpai.
Kelemahan
– Trigona harus ‘bekerja keras’ menempel semua celah akibat tempurung tidak dapat disusun rapat.
5. Kotak Kayu Vertikal
Cara membuat: Tidak berbeda jauh dengan kotak kayu horizontal. Hanya berbeda di peletakannya saja. Sarang kotak kayu vertikal pertama kali diterapkan peternak di Luwu Utara karena mengadopsi sarang lebah di lubang pohon di hutan yang biasa dalam posisi vertikal. Tempat perekatan dinding sangat rapat sehingga tidak tembus cahaya. Penutup pun dibuat berpasangan dengan kotak sehingga mudah dibuka tutup. Dengan konstruksi ini, lebah tidak perlu merekat dengan keras celah-celahnya
Kelebihan
– Produk lebih mudah dipanen karena perekat di penutup tidak terlalu banyak.
– Produk lebih bersih.
Kekurangan
– Pembuatan sarang sedikit lebih sulit dari peti horizontal.
– Peternak masih agak kesulitan membuka propolis karena letak propolis di bagian bawah kotak.
6. Kotak Kayu Horizontal 3 Pintu
Cara membuat: Kotak sarang ini diutamakan untuk memproduksi bibit. Konstruksinya mirip dengan tipe kotak kayu horizontal. Pintu utama terletak di kotak bagian tengah, demikian pula dengan lubang masuk. “Kamar’ di bagian tengah diharapkan sebagai sarang untuk menghasilkan bibit. Itu sebabnya kotak dibuat portable atau bisa dilepas pasang. Dengan mengangkat kotak penutup, sarang pun akan ikut terangkat. Kotak penutup yang berisi sarang dapat dipindahkan ke kotak baru.
Kelebihan
– Lebih mudah dibuat.
– Mudah dibongkar pasang.
Kekurangan
– Perlu kehatian-hatian saat membuka sarang yang tertutup papan karena dipaku di keempat sisi.
7. Kotak Kayu Vertikal 3 Tingkat
Cara membuat: Model ini merupakan bentuk penyempurnaan dari tipe sarang kotak kayu vertikal. Tiga buah kotak dengan ukuran berbeda disusun ke atas. Kotak paling bawah merupakan kotak dengan ukuran paling besar. Lubang masuk trigona dibuat di kotak terbawah karena kotak teratas merupakan berfungsi sebagai penutup. Peternak dapat mengontrol kondisi sarang melalui penutup itu. Caranya, menarik ke atas bagian yang ingin dilihat sehingga lebih praktis. Begitupun saat panen, peternak dapat menarik sarang melalui lubang penutup itu. Meski tersusun dari 3 kotak, tetapi model itu berukuran tinggi sama dengan model vertikal biasa, yaitu 50 cm.
Kelebihan
– Panen mudah dilakukan karena propolis umumnya ada di kotak terbawah. Dua kotak di atasnya mudah diangkat.
Kekurangan
– Biaya produksi lebih tinggi, mencapai Rp75.000-Rp100.000 per sarang